Perhatian !!

Blog menghibur dan berbagi informasi unik dan menarik yang mengambil referensi dari situs-situs terpercaya, sehingga informasi tersebut jauh dari kata hoax.

Jun 7, 2019

Mengulik Kembali Sejarah Manusia, Apakah Bumi Sudah Terlalu Sesak Oleh Manusia?


Pada 1800, ada sekitar 1 miliar jiwa di muka Bumi. Sejak itu, populasi telah meningkat lebih dari tujuh kali lipat hingga mencapai lebih dari 7,5 miliar jiwa pada 2017, dan diperkirakan naik melebihi 10 miliar pada 2050. Akankah populasi terus bertumbuh tanpa terhindarkan? 

Secara sederhana, populasi dunia meningkat karena jumlah kelahiran melampaui kematian, dengan perbandingan tiga banding satu. Surplus kelahiran pertama kali terjadi dua abad lalu di Eropa dan Amerika Utara, ketika mortalitas mulai menurun. Hal ini menandai dimulainya apa yang oleh ilmuwan disebut “transisi demografi”. Transisi ini kemudian menyebar ke seluruh planet seiring kemajuan sosial dan ekonomi, berpadu dengan peningkatan kebersihan dan obat-obatan, sehingga mengurangi tingkat kematian.

Kebanyakan orang yang bakal hidup pada tahun 2050 sudah lahir, jumlah mereka diketahui, dan kita bisa menaksir dengan cukup akurat proporsi berapa yang akan mati. Demikian pula, perempuan yang akan mengandung anak dalam 20 tahun ke depan sudah hidup sekarang, dan bisa dihitung. Dengan memperkirakan potensi fertilitas mereka, kita bisa menentukan jumlah kelahiran di masa depan dengan cukup akurat.

Di sisi lain, proporsi orang berusia tua dan sangat tua sangatlah kecil, sehingga kematian jauh lebih sedikit.





Haruskah, sebagian manusia pindah ke Mars?







Mars bukanlah tempat yang ramah untuk ditinggali, apalagi menganggapnya seperti rumah. Planet Merah ini hanya memiliki sekitar 1/3 gravitasi Bumi–artinya kita bisa melompat lebih tinggi dan mengangkat beban lebih banyak di sana.




Scott Solomon, profesor biologi evolusi dari Rice University, yakin bahwa pemukim pertama di Mars mungkin memiliki adaptasi tertentu yang tidak dimiliki manusia Bumi.


Isu lain yang muncul saat tinggal di Mars adalah radiasi. Planet ini belum mempunyai medan magnet pelindung seperti Bumi. Jadi, orang-orang yang berada di permukaannya akan terpapar radiasi sebanyak 500 milisievert setiap tahun.
Jumlah ini sepuluh kali lebih tinggi dari ambang batas radiasi bagi orang-orang yang bekerja di pembangkit listrik tenaga nuklir. Juga dua kali lebih besar dari astronaut yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Disisi lain, mengulik kembali sejarah purba manusia yang  bermigrasi dan mampu beradaptasi. Mungkin kah manusia akan bermigrasi ke Mars? dan mampu hidup beradaptasi dengan atmosfer di planet merah tersebut?

Sejarah manusia sebagai makhluk migrasi ribuan tahun lalu


Dalam laporan yang terbit di jurnal Nature Ecology and Evolution, para peneliti Max Planck Institute yang menggandeng Saudi Commission for Tourism and National Heritage, Saudi Geological Survey, King Saud University, dan Oxford University serta institusi lain di UK dan Australia untuk proyek ini menyebut temuan fosil jari sangat berharga.

Fosil ini diklaim sebagai fosil Homo sapiens tertua di luar Afrika, dan diperkirakan berumur 90.000 tahun.
Pada awalnya peneliti mengira bahwa homo sapiens awal gagal bermigrasi ke Eurasia dan hanya mendiami hutan Mediterania.
Namun, sebuah penemuan fosil tulang jari manusia di situs Al Wusta, gurun Nefud, Arab Saudi, membantah anggapan tersebut.

“Temuan ini menunjukkan bahwa manusia modern awal mengekspansi Asia Barat Daya. Mereka tidak hanya mendiami Levant. Manusia awal ini mampu mengolonisasi tempat yang jauh di luar Afrika. Ini mematahkan pendapat bahwa manusia awal gagal dalam migrasi,” kata Ketua Peneliti, Dr. Huw Groucutt dari Universitas Oxford.

Kita adalah campuran nenek moyang?


Perkembangan migrasi manusia mengakibatkan genetika manusia Indonesia memiliki kadar campuran. 

Apabila bahasa merupakan marka populasi dan tenun ikat merupakan marka budaya, maka gen merupakan marka manusia. Lewat studi genetika, asal usul seseorang dapat diketahui.

Leluhur manusia berasal dari Afrika, sekitar 150.000 tahun silam. Studi genetika berdasar fosil telah membuktikan sejumlah jalan perlintasan dalam penyebaran manusia modern “Out of Africa”, sejak 75.000 tahun silam. Ternyata, berdasar studi itu, mereka berjalan menyusuri sepanjang pantai hingga memasuki Indonesia, dan berlanjut ke Oseania. 


Apa jadinya bumi 100 tahun kemudian ?

"Populasi dunia tahun ini saja diperkirakan akan melampaui tujuh miliar atau meningkat satu miliar hanya dalam satu dekade, hingga akhirnya di 2050 populasi dunia akan membengkak menjadi lebih dari sembilan miliar kemudian mencapai 10 miliar di 2100," kata Deputi Advokasi, Penggerakan dan Informasi pada BKKBN, Drs Hardiyanto di Pekanbaru, Rabu (22/2).
Kondisi tersebut menurut dia, akan menyulut berbagai kemungkinan buruk salah satunya yakni ruang bumi dan lingkungan yang terus menyempit.
"Apalagi diperkirakan pada awal abad ke 22 mendatang, jumlah penduduk dunia mencapai 15 miliar jiwa lebih. Bisa dibayangkan seperti apa kondisi keramaian di satu wilayah khususnya perkotaan," katanya.
Hal demikian menurut dia, sebaiknya menjadi pemikiran bersama semua pihak, bagaimana caranya agar pertambahan jumlah penduduk dunia khususnya Indonesia tidak begitu signifikan.

Kembali melihat tapak sejarah manusia, apakah bumi sudah terlalu tua sebagai rumah manusia?
Atau haruskah, sebagian manusia mulai memikirkan cara hidup di planet baru?